Dengan kemudahan akses teknologi, menurutnya menjadi petani milenial tidak harus punya modal sawah. Petani milenial bisa melakukan pemasaran atau jika memang ingin menggarap lahan, sawah milik desa juga bisa disewa. Teknologi juga bisa meminimalisasi kesulitan terutama tenaga yang dibutuhkan.
“Saya tidak sering ikut terjun menanam, saya sebagai manajer jadi saya ikut memasarkan, memberi modal, dan mengatur modalnya akan diputar seperti apa,” jelasnya. Selama lima tahun bertani, dia mengatakan hasil yang didapat cukup menjanjikan.Bahkan dia menyebut menjadi petani tidak merugikan, justru setiap empat bulan sekali dia merasakan masa panen. Saat ini komoditas yang dia tanam seluruhnya merupakan padi dengan jenis Inpari 32.
[Sekarang ini generasi muda sudah tidak ada [yang mau bertani], tinggal yang tua-tua. Bekerja di tempat lain lebih mudah. Ke depan petani tetap akan ada, kalau di sini [anak muda] tidak mau nanti mencari di luar daerah juga pasti ada yang mau],” katanya saat ditemui di pematang sawah setempat.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: liputan6dotcom - 🏆 4. / 83 Baca lebih lajut »
Sumber: cnbcindonesia - 🏆 7. / 74 Baca lebih lajut »
Sumber: tvOneNews - 🏆 1. / 99 Baca lebih lajut »
Sumber: tvOneNews - 🏆 1. / 99 Baca lebih lajut »
Sumber: korantempo - 🏆 38. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: tempodotco - 🏆 12. / 63 Baca lebih lajut »