sendiri. Mereka melakukan wawancara khusus, mengundang tokoh berpengaruh sebagai narasumber dengan membedah tema-tema tertentu, bahkan mengkritik kebijakan publik yang sebelumnya hanya menjadi ranah jurnalistik.
Meskipun punya kemampuan teknis, apakah mereka teruji dalam sertifikasi wartawan muda, madya, atau utama? Dalam menyusun informasi menjadi berita apakah mereka melakukan verifikasi lapangan, verikasi data, atau meminta konfirmasi dari pihak terkait?? Apakah mereka bekerja di perusahaan media resmi yang terdaftar di Dewan Pers? Dengan kata lain, meksipun bisa disebut wartawan karena melakukan kerja jurnalistik, mereka bukanlah wartawan sebenarnya karena tidak terikat dengan Kode Etik...
Inilah yang bisa menimpulkan efek negatif bagi masyarakat, termasuk makin masifnya persebaran hoaks. Sayangnya masyarakat sering mengabaikan itu. Teknologi digital seolah-olah memberi orang-orang kekuatan menghancurkan peran media/pers memilih informasi atau berita yang layak dilaporkan. Saat ini orang semakin mengandalkan media sosial untuk memperoleh informasi atau berita daripada media konvensional. Persebaran atau distribusi berita melalui media sosial menjadi perhatian khusus peraih Nobel Perdamaian 2021 yang juga merupakan jurnalis asal Filipina, Maria Ressa.news agregatorDalam sebuah forum belum lama ini, pemimpinan media daringdalam mendistribusikan informasi.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: jawapos - 🏆 35. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: detikcom - 🏆 29. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: tempodotco - 🏆 12. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: detikfinance - 🏆 18. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: Beritasatu - 🏆 26. / 59 Baca lebih lajut »