Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita mengatakan, produk minyak goreng komersial tersebut didapat dari hasil skema business to business dengan pihak produsen. Penjualannya terlepas dari hasil produk larangan ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil beserta turunannya.
"Yang bebas kita jalanin pakai B2B. Jadi kita jual minyak goreng terus pakai tangki-tangki itu jalan. Tapi kita jual pakai harga keekonomian, yang dijual minyak goreng yang 1,5 juta kiloliter tadi," kata Febby di kantor pusat Bulog,Pendistribusiannya pun diberikan langsung kepada pihak pengecer , sesuai harga eceran tertinggi yang ditetapkan oleh pemerintah Rp14.000 per liter. Namun, Bulog tidak mengambil keuntungan dari penyaluran itu."Itu harganya Rp 15.500 per kg, sesuai HET.
Febby mengungkapkan, minyak goreng komersial itu belum bisa disalurkan ke seluruh wilayah Nusantara, dan baru mencapai Pulau Jawa, serta sebagian Pulau Sumatera dan Sulawesi saja. "Kalau bantu sampai ke Ambon ujung-ujungnya secara logika kan ongkosnya mahal ya. Ya sudah baru di Jawa, sebagian Sumatera dan Sulawesi. Kalimantan kemarin di data saya ongkosnya juga masih enggak dapet," tuturnya.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: mediaindonesia - 🏆 2. / 92 Baca lebih lajut »
Sumber: liputan6dotcom - 🏆 4. / 83 Baca lebih lajut »
Sumber: liputan6dotcom - 🏆 4. / 83 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »