SALINAN manuskrip itu masih tersimpan di perpustakaan Ali Hasjmy, Banda Aceh. Meski terlihat lusuh, kondisinya cukup terawat. Gigitan rayap menggerogoti beberapa bagian halamannya. Berjudul Mir’atuttullab fi tashil ma’rifat al-Ahkam asy-Syariat li al-Malik al-Wahhab, salinan itu berisi percikan pemikiran Syekh Abdurrauf al-Singkili alias Syiah Kuala.
Mir’atuttullab merupakan satu dari 22 karya tulis Syiah Kuala. Tulisannya menggunakan aksara Arab-Melayu. Sultanah Safiatuddin Syah meminta Syiah Kuala menyelesaikan kitab itu untuk dijadikan pedoman bermasyarakat. Tak kurang dari 71 topik persoalan diulas dalam buku itu. Bahasannya membentang dari aspek muamalah, politik, sosial, ekonomi, sampai keagamaan.
Salinan Kitab Mir’atuttullab fi tashil ma’rifat al-Ahkam asy-Syariat li al-Malik al-Wahhab di Universitas Syiah Kuala. TEMPO/Iil Askar Mondza Sikap itu setidaknya terlihat dari pengabdian Syiah Kuala selama 59 tahun dalam empat periode kepemimpinan sultanah. Syiah Kuala diangkat sebagai Kadhi Malikul Adil, pemegang otoritas tertinggi di bidang hukum dan keagamaan, oleh Sri Ratu Taj’ul Alam Safiatuddin Syah, yang memerintah pada 1641-1675. Lalu berlanjut pada masa kepemimpinan Sultanah Sri Ratu Naqiatuddin Syah , Sultanah Ratu Zakiatuddin Inayat Syah , dan Ratu Keumalat Syah .
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: SINDOnews - 🏆 40. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: Beritasatu - 🏆 26. / 59 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: temponewsroom - 🏆 13. / 63 Baca lebih lajut »