Gambar bernuansa alam yang digunakan pada label sampo, gel mandi, dan krim mungkin membuat Anda berpikir bahwa Anda melakukan hal yang berarti bagi lingkungan. Eits, jangan tertipu penampilan produk skincare maupun kecantikan lain.
'Jika membeli sampo atau sabun mandi cair, misalnya, yang mengandung 80 persen air, Anda akan dengan cepat mencapai 98 persen yang disebutkan,' kata advokat konsumen tersebut. 'Namun, jika menghitungnya tanpa air, bukan hanya dua persen, melainkan 10 persen yang tidak berasal dari alam.' Penting juga untuk mengetahui bahwa jika kata kunci 'upcycling' digunakan untuk produk kecantikan atau perawatan kulit, ini mungkin berarti bahwa bagian tanaman telah digunakan untuk produk yang seharusnya tidak digunakan, seperti biji kacang atau kulit buah. Namun, tidak ada persyaratan hukum untuk penggunaan istilah tersebut pada produk yang dijual di Uni Eropa.
Bentuknya yang lebih padat, sebut dia, mengurangi jumlah kemasan plastik yang dibutuhkan. Biasanya, barang yang dijual tanpa kemasan 'tidak terlalu dipertanyakan dari segi bahannya, terutama yang memiliki segel kosmetik alami,' katanya. 'Ini jelas merupakan alternatif yang baik dibandingkan produk konvensional berbahan dasar air dalam botol plastik besar.'
Di sisi lain, membuang sampah kemasan skincare sembarangan dapat menimbulkan penumpukan jenis sampah sulit terurai di alam. Penumpukan ini, apalagi jika bercampur dengan material lain, akan menimbulkan gas rumah kaca yang berdampak buruk bagi lingkungan.
Produk Skincare Produk Kecantikan Ramah Lingkungan Fashion Beauty Perubahan Iklim Climate Change Mikroplastik
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: jawapos - 🏆 35. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: jawapos - 🏆 35. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: BBCIndonesia - 🏆 42. / 50 Baca lebih lajut »
Sumber: jpnncom - 🏆 25. / 59 Baca lebih lajut »
Sumber: tribunnews - 🏆 37. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: liputan6dotcom - 🏆 4. / 83 Baca lebih lajut »