REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Teuku Zulkhairi, Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
Beberapa hari lalu, Ketua HUDA , Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab yang akrab disapa Ayah Sop Jeunieb mengunjungi Brunei Darussalam dan berfoto bersama dengan menteri agama kerajaan tersebut. Menurut informasi yang saya baca, banyak kerja sama yang dilakukan karena banyaknya kesamaan antara ulama Aceh, dalam hal ini Ayah Sop dengan ulama-ulama Brunei.
Pertanyaannya kemudian, bagaimana kongkritnya paradigma keislaman ulama-ulama Aceh dahulu sehingga kita dapat melihat kondisi saat? Jawabannya adalah dapat dilihat dalam literatur kitab-kitan turast yang mereka pelajari, mereka tulis dan ajarkan kepada masyarakat. Jadi, kitab-kitab Arab-Melayu adalah cerminan bagaimana keIslaman masyarakat Aceh tempo dulu, baik di Banda Aceh sebagai ibu kota provinsi maupun wilayah lainnya di Aceh. Kedua, kitab-kitab Arab-Melayu yang ditulis para ulama Aceh dahulu yang kemudian berkembang pesat dan menjdi referensi dunia Melayu dengan sangat jelas menunjukkan bagaimana keIslaman masyarakat Aceh yang dipahami dan berkembang saat itu.
Malahan apresiasi atas kitab-kitab karangan kedua ulama besar tersebut justru datang dari ulama-ulama dan intelektual dari negeri Jiran. Merekalah yang mengkaji secara sangat serius karena mereka memahami akar Islam Melayu sangat dipengaruhi oleh ulama-ulama Aceh.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: jpnncom - 🏆 25. / 59 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »