Jalan batu berjejak ratusan tahun itu membawa langkah kaki menyusuri kedai-kedai kayu tua. Nuansa batu dan kayu itu jauh dari muram. Tiap kedai apik menjajakan aneka bentuk dan warna. Bunga-bunga dalam pot menyeruak di sana-sini. Langit malam pun cerah berhias payung-payung dekoratif di ketinggian.
Salah satu bagian dari kawasan ini merupakan area pasar yang hanya boleh dijelajahi pejalan kaki dan sesekali dilintasi penarik gerobak barang. Jalan, parit air, dan jembatan-jembatan kecil yang dibuat dari batu sudah bertahan ratusan tahun. Sementara kedai-kedainya bermaterial utama kayu tua. Semua terawat baik.Area pasar ini membuktikan keberjayaan upaya konservasi.
Secara administratif, Lijiang mencakup wilayah seluas 20.600 kilometer persegi, 92,3 persen di antaranya berupa pegunungan. Selebihnya, berada di dataran tinggi yang sejuk, termasuk kawasan historis kota tua itu. Di sejumlah provinsi, China tengah menggenjot modernitas melalui penataan ulang kota. Pembangunan infrastruktur modern juga menjangkau Lijiang, tetapi diupayakan tak mengusik bentang alam dan kekayaan tradisinya.
Pemandangan Gunung Yulong benar-benar menjadi latar panggung terbuka itu. Pertunjukan hanya digelar pada siang hari karena sinar matahari menjadi satu-satunya sumber pencahayaan. Di sini, alam juga berkuasa menyuguhkan akustik yang mengesankan.yang memadukan drama, musik, dan tarian tradisional etnik Naxi, Yi, dan Bai. Pertunjukan ini dirancang para profesional, di antaranya sutradara China kenamaan, Zhang Yimou.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: hariankompas - 🏆 8. / 70 Baca lebih lajut »
Sumber: hariankompas - 🏆 8. / 70 Baca lebih lajut »
Sumber: detiksport - 🏆 24. / 59 Baca lebih lajut »
Sumber: liputan6dotcom - 🏆 4. / 83 Baca lebih lajut »
Sumber: liputan6dotcom - 🏆 4. / 83 Baca lebih lajut »
Sumber: antaranews - 🏆 6. / 78 Baca lebih lajut »