Muafi berpose di depan rumahnya di Kelurahan Gunungsari Ulu, Kecamatan Balikpapan Tengah, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis . Ia mengalirkan air sumur pribadinya ke rumah 59 tetangga.
Akan tetapi, beberapa tahun kemudian, banyak rumah dibangun di sekitar lahan milik Muafi. Kesulitan air, mereka meminta Muafi menjual airnya. Caranya, air dialirkan melalui selang dan diarahkan ke tandon milik warga. Saat itu, warga membayar seiklhlasnya.Hingga akhirnya, menjelang akhir 2023, seperti banyak daerah lain, Kota Balikpapan terdampak fenomena El Nino. Saat itu, nyaris tak ada hujan sepanjang bulan.
”Diberi saran LPM untuk bikin penyaring dari kerang-kerangan dan karang. Air dari sana baru dialirkan ke warga,” katanya. Dalam dua bulan belakangan, Dira, istrinya, dan seorang anaknya menggunakan air paling banyak 8 meter kubik. Artinya, ia mengeluarkan maksimal Rp 120.000 per bulan untuk memenuhi kebutuhan air baku. Itu mereka gunakan untuk mandi, cuci, dan kakus. Untuk kebutuhan minum, mereka masih membeli air galon isi ulang.
Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud pernah mengunjungi rumahnya dan memberi apresiasi. Saat itu, Rahmad meminta pemerintah daerah untuk menguji kualitas air dari sumur bor Muafi. Namun, sampai saat ini Muafi belum mendapat hasil uji kualitas air itu.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: TabloidBintang - 🏆 17. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: jpnncom - 🏆 25. / 59 Baca lebih lajut »
Sumber: antaranews - 🏆 6. / 78 Baca lebih lajut »
Sumber: tvOneNews - 🏆 1. / 99 Baca lebih lajut »
Sumber: liputan6dotcom - 🏆 4. / 83 Baca lebih lajut »
Sumber: detikfinance - 🏆 18. / 63 Baca lebih lajut »