REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti di Colorado State University mengatakan, pria dan orang yang berbicara dengan volume lebih keras lebih mudah menyebarkan Covid-19. Penelitian yang dilakukan pada November ini telah diterbitkan dalam jurnal Environmental Science and Technology Letters.
Baca Juga Kelompok tersebut mengukur konsentrasi jumlah partikel antara 0,25 dan 33 mikrometer dari 63 peserta berusia 12 sampai 61 tahun, dan volume suara serta tingkat karbon dioksida yang diembuskan dipantau. Namun, setelah memperhitungkan volume suara peserta dan pengukuran karbon dioksida yang diembuskan dalam model linier, perbedaan usia dan jenis kelamin dilemahkan dan tidak lagi signifikan secara statistik. Hasil dari eksperimen memainkan alat musik tiup menunggu analisis data lebih lanjut dan tinjauan sejawat. Studi ini awalnya dikembangkan sejak awal selama pandemi Covid-19 untuk menentukan apa yang dapat dilakukan orang-orang dalam seni pertunjukan untuk kembali ke panggung dengan aman.
“Jika ada perbedaan yang signifikan setelah memperhitungkan karbon dioksida antara laki-laki dan perempuan dan anak-anak, maka Anda harus tahu berapa banyak laki-laki, perempuan, dan anak di bawah umur berada di ruangan untuk memperkirakan risiko penularan,” kata Volckens.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: tempodotco - 🏆 12. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: tempodotco - 🏆 12. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: antaranews - 🏆 6. / 78 Baca lebih lajut »
Sumber: tempodotco - 🏆 12. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: antaranews - 🏆 6. / 78 Baca lebih lajut »
Sumber: mediaindonesia - 🏆 2. / 92 Baca lebih lajut »