Namun, saat ini, para milenial pun kewalahan menghadapi tim kerja yang kebanyakan merupakan generasi muda atau disebut generasi Z .Perlu diketahui, gen Z belum pernah hidup dengan keadaan ekonomi yang stagnan. Dunia mereka adalah duniaBagi mereka, teknologi sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Tak heran, berhubungan dengan mereka membuat para milenial merasa tua.
Sebanyak 59 persen di antaranya beralasan tidak menemukan kepuasan di tempat kerja, sedangkan 57 persen lainnya mencari pengembangan karier, dan 53 persen merasa ketidakcocokkan antara nilai dirinya dan organisasi. Bila organisasi meyakini bahwa di tangan generasi muda inilah letak masa depan mereka, perubahan pun perlu direncanakan dari sekarang. Sebab, di masa kini, kita tidak bisa mengharapkan transformasi terjadi secara alamiah.Bagi gen Z, fleksibilitas dalam bekerja sangat penting. Dengan kemajuan teknologi, ruang dan waktu pun menjadi seamless bagi mereka. Mereka tidak lagi membagi kehidupan dalam dikotomi kehidupan pribadi dan bekerja.
Untuk itu, gen Z berharap, organisasi bersedia berinvestasi pada teknologi yang dapat membuat pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien dengan komunikasi dan engagement yang tetap terjaga. Kebutuhan mereka akan fleksibilitas juga didasari oleh kepedulian akan kesehatan mental individu dan organisasi. Tak hanya itu, melihat keberhasilan penerapan pola kerja pada masa pandemi, mereka pun semakin yakin untuk mendorong organisasi mempertimbangkan metode bekerja hibrida yang dapat membuat individu tetap produktif dan lebih
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: SINDOnews - 🏆 40. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: SINDOnews - 🏆 40. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: KompasTV - 🏆 22. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: detiksport - 🏆 24. / 59 Baca lebih lajut »
Sumber: SINDOnews - 🏆 40. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: cnbcindonesia - 🏆 7. / 74 Baca lebih lajut »