Premis film ini sangat sederhana. Bercerita tentang tiga remaja petenis, Patrick Zweig , Art Donaldson , dan Tashi Duncan , yang terlibat cinta segitiga. Patrick dan Art, yang bersahabat baik itu, sama-sama jatuh cinta kepada Tashi, dan Tashi menyukai keduanya. Tashi akhirnya menikah dengan Art setelah putus dari Patrick. Masa lalu mereka itu menjadi bahan bakar drama ketika Patrick dan Art bertemu dalam sebuah kejuaraan. Art dan Tashi berjuang menyingkirkan Patrick.
Akan tetapi, Guadagnino hanya menjadikan premis sebagai tulang punggung cerita. Dia kemudian memainkan detail-detail yang menguras emosi lewat dialog, gestur, dan ekspresi. Setiap detail dibangun dengan kuat sehingga menciptakan balon-balon emosi yang siap meletus kapan saja.
Tubuh-tubuh atletis telanjang dada bermandi keringat di tengah terpaan sinar matahari siang muncul berulang kali. Gambar itu makin hiperrealis karena disorot secaradan dalam gerak lambat. Tetesan keringat yang semestinya jatuh ke tanah dalam waktu sedetik diperlambat hingga setengah menit.yang tak biasa dilihat mata. Dalam duel tenis antara Patrick dan Art, gambar diambil dengan sudut pandang katak sehingga langkah-langkah kaki dua petenis itu seperti terbang di udara karena mengangkangi kamera.
Formulasi itu terbukti berhasil. Dalam sepekan pertama, film yang menghabiskan anggaran 55 juta dollar AS ini mulai tayang di Indonesia pada 26 April 2024. Kini, film tersebut telah meraup 25,2 juta dollar AS. Bisa jadi, dalam dua pekan ke depan, film ini mencapai tiga kali lipat daripada biaya produksinya.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: detikcom - 🏆 29. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: mediaindonesia - 🏆 2. / 92 Baca lebih lajut »
Sumber: kompascom - 🏆 9. / 68 Baca lebih lajut »
Sumber: rmol_id - 🏆 21. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: detiksport - 🏆 24. / 59 Baca lebih lajut »
Sumber: suaradotcom - 🏆 28. / 53 Baca lebih lajut »