Tenaga kesehatan di Puskesmas Tegalgede, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, Jawa Barat, memeriksa salah satu penderita diabetes melitus di area puskesmas, Jumat .
Studi UIC melibatkan 75 peserta yang dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu mereka yang melakukan puasa intermiten, mereka yang mengurangi kalori, dan kelompok kontrol. Berat badan peserta, lingkar pinggang, kadar gula darah, dan indikator kesehatan lainnya diukur selama enam bulan.Hasil studi menunjukkan, peserta yang makan hanya dengan jeda delapan jam, antara siang dan pukul 20.
Tidak ada efek samping serius yang dilaporkan selama enam bulan penelitian. Kejadian hipoglikemia dan hiperglikemia antara kelompok diet dan kelompok kontrol tidak berbeda. Meskipun temuan ini memberikan bukti yang menunjukkan bahwa makan dengan batasan waktu aman bagi penderita diabetes tipe 2, Varady mengatakan, penderita diabetes harus berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai diet semacam ini.Sementara itu, riset para peneliti King's College London menujukkan, puasa intermiten dalam jangka waktu sepuluh jam terbukti bisa meningkatkan suasana hati, tingkat energi, dan rasa lapar.
Kajian ini juga menemukan, mereka yang konsisten dengan jendela waktu makannya menikmati manfaat lebih besar dibandingkan mereka yang memvariasikan jendela makannya dari hari ke hari.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: jpnncom - 🏆 25. / 59 Baca lebih lajut »
Sumber: liputan6dotcom - 🏆 4. / 83 Baca lebih lajut »
Sumber: detikfinance - 🏆 18. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: hariankompas - 🏆 8. / 70 Baca lebih lajut »
Sumber: liputan6dotcom - 🏆 4. / 83 Baca lebih lajut »
Sumber: VIVAcoid - 🏆 3. / 90 Baca lebih lajut »