Selain karena rumah yang sempit dan pengap, alasan lain mengapa masyarakat kampung Tambora masih bercengkrama dengan tetangganya adalah karena mereka kehilangan pekerjaan., ini lagi nganggur kan jadi duduk-duduk di sini, kalau sudah pegal ya masuk ke rumah," kata perempuan berusia 60 tahun ini.
"Saya kan kecil-kecilan dagang nasi, ya cukuplah untuk menghidupi keluarga saya, bapaknya juga kan sebelum ada [wabah virus] corona lumayan, ada pemasangan [antena atau parabola] walaupun tidak setiap hari ya lumayan untuk makan kami sekeluarga," kata Setiawati. "Kalau untuk di dalam rumah tidak mungkin ya, melihat rumah di Kali Anyar ini kan kecil-kecil, satu rumah seluas 10 meter ditempati bisa 10, bahkan lebih, orang, jadi untuk penerapanMenurut Amalinda, strategi warga yang keluar rumah secara bergantian di Kali Anyar berpotensi memperbesar kemungkinan berkumpulnya warga di satu tempat.
"Kalau mereka merasa tidak akan kena [Covid-19] kan konyol, maka kita harus disiplin dan sama-sama melewati masa sulit begini supaya lebih cepatSebagian besar warga yang tinggal di kawasan padat penduduk seperti di Kali Anyar adalah pekerja informal seperti Setiawati dan Tatiek.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: antaranews - 🏆 6. / 78 Baca lebih lajut »
Sumber: liputan6dotcom - 🏆 4. / 83 Baca lebih lajut »
Sumber: detikcom - 🏆 29. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: tempodotco - 🏆 12. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: antaranews - 🏆 6. / 78 Baca lebih lajut »
Sumber: tempodotco - 🏆 12. / 63 Baca lebih lajut »