Pukul 08.30 WIB ia sudah datang di pintu masuk laboratorium. Berharap ada potongan harga bagi warga kurang mampu. Baginya, mengeluarkan uang Rp350 ribu cukup besar di masa sulit seperti ini begitu berat rasanya.Ia bergegas pulang, menemui anaknya yang sudah menunggu di teras sambil penuh cemas. Kuliah di kampus negeri sudah menjadi cita-citanya, jembatan untuk keluar dari kemiskinan. Mereka percaya melalui pendidikan semua akan bisa diubah dan menjadilannya sebagai investasi masa depan.
Saat tiba di rumah, sebuah pesan masuk ke ponsel Muhayati. Sebuah pesan dari teman mengajarnya yang member tahu ada rapid test gratis bagi warga miskin. Ia menghela nafas sejenak, mencermati berbagai aturan yang harus dilengkapi untuk bisa mendapatkan rapid test secara gratis bagi anaknya.Ia langsung masuk ke rumah, mengambil surat keterangan tidak mampu serta Kartu Indonesia Pintar milik anaknya.
Saat masuk ke puskesmas, antrean sudah penuh sesak. Ia tetap menjaga jarak, sembari berharap cemas semoga anaknya bisa mendapatrkan hasil rapid test. Dua jam menunggu, giliran itu pun datang dan ia menunggu dengan cemas hasil rapid test yang akan keluar. “Hasilnya non reaktif. Anak saya tetap bisa mengikuti UTBK,” katanya dengan suara lirih.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: SINDOnews - 🏆 40. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: tempodotco - 🏆 12. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: kompascom - 🏆 9. / 68 Baca lebih lajut »
Sumber: kompascom - 🏆 9. / 68 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »