Pasalnya, keberadaan akses internet di masa pandemi ini membuktikan telekomunikasi telah menjadi kebutuhan primer yang bisa disetarakan dengan air dan listrik.di Indonesia baru mencapai 15 persen. Tak heran, manfaat dari keberadaan internet belum dapat dinikmati secara merata oleh seluruh penduduk Indonesia.
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi , Muhammad Arif mengatakan, pandemi Covid-19 membentuk tren baru terkait internet. Untuk itu, pemerintah perlu memperkuat dan mengubah regulasi yang ada saat ini supaya dampak positif dari keberadaan internet bisa dinikmati secara merata. Apalagi, kebutuhan layanan masyarakat akan internet makin tinggi.
"Saat ini, kita benar-benar melihat industri telekomunikasi ini menjadi tulang punggung, dimana semua kegiatan ekonomi, pembelajaran, dan kesehatan, tanpa keberadaan industri telekomunikasi tidak ada apa-apanya. Industri telekomunikasi harus bareng-barengbroadbandbisa teratasi," ujar Muhammad Arif dalam acara Zooming With Primus bertajuk"Bisnis yang Tetap Berkilau di Tengah Covid-19", di Jakarta, Selasa .
"Jika tidak, dikhawatirkan masyarakat Indonesia akan semakin tertinggal. Kalau seluler memang bisa, tapi secaraSementara itu, Presiden Direktur dan CEO PT Link Net Tbk, Marlo Budiman menyebutkan, tingkat penetrasi internet Indonesia jauh tertinggal dibanding negara tetangga. Indonesia hanya 12,8 persen, sedangkan Thailand 34,6 persen, Malaysia 42,2 persen, Vietnam 53,8 persen, dan Tiongkok 67,4 persen.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: SINDOnews - 🏆 40. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »