TEMPO.CO, Jakarta - Berbicara menghasilkan tetesan air atau droplet yang bervariasi dalam ukuran. Droplet yang lebih besar menimbulkan risiko lebih kecil, karena jatuh dengan cepat ke tanah. Sementara droplet yang lebih kecil dapat mengalami dehidrasi dan bertahan di udara seperti aerosol. Hal itu diungkapkan peneliti National Institutes of Health dan Perelman School of Medicine di University of Pennsylvania dalam korespondensi baru New England Journal of Medicine.
Aturan jarak sosial sejauh enam kaki atau dua meter juga melindungi terhadap tetesan yang keluar dari berbicara. Apakah berbicara keras meningkatkan penyebaran COVID-19? Ya. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat secara khusus menyebut suara keras sebagai kemungkinan vektor untuk COVID-19. Tapi ini bukan pertama kalinya berbicara dengan suara keras dihubungkan dengan lebih mudahnya penyebaran tetesan.
Itulah mengapa yg berjamaah di ruangan tertutup bisa tertular Covid Saat mengeluarkan suara, droplet2 halus (yg bisa saja mengandung virus) tersebar Apesnya kita, banyak penyandang virus yg sama sekali tidak menunjukan gejala sakit (OTG). Bahkan sekedar piilek pun tidak 😢😢
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: liputan6dotcom - 🏆 4. / 83 Baca lebih lajut »
Sumber: jpnncom - 🏆 25. / 59 Baca lebih lajut »
Sumber: CNN Indonesia - 🏆 27. / 53 Baca lebih lajut »
Sumber: liputan6dotcom - 🏆 4. / 83 Baca lebih lajut »
Sumber: mediaindonesia - 🏆 2. / 92 Baca lebih lajut »
Sumber: jpnncom - 🏆 25. / 59 Baca lebih lajut »