“Sebagai tradisi yang sudah menjadi rutin bak ritual tahunan, secara sosiologis bisa mengalami degradasi makna. Artinya, masyarakat melakukannya lebih karena ‘emosi’-nya, bahkan kadang kehilangan rasionalitasnya,” ujar Ida, Rabu .
Ida mengatakan, kondisi tersebut terlihat dari cara masyarakat yang cenderung tak peduli akan risikonya dalam menyikapi Lebaran di tengah pandemi saat ini.Menurut dia, kondisi ini juga dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan bahaya penularan Covid-19 dan implementasi PSBB yang tidak ketat.
“Lalu bak gayung bersambut dengan kuatnya emosi ber-Lebaran. Tidak heran jika pasar bandara dan lain-lain tidak menunjukan suasana pandemi Covid-19,” ungkap Ida. Pandemi Covid-19, lanjut dia, merupakan kondisi abnormal yang kurang dipahami atau masuk nalar seluruh lapisan masyarakat. Di sisi lain, mereka mendapatkan infromasi yang seolah-olah menunjukan situasi sudah relatif aman.
It’s better kehilangan esensi daripada kehilangan nyawa. Gmn si wkwkw
Sesah sih emang mengubah tradisi apalagi dalam waktu singkat
Benar. Kebahagiaan setahun sekali. Tidak lengkap tanpa baju baru.
Kalau tahun ini malah jadi sebuah kebodohan besar.....tdk bisa mengalahkan hawa nafsu 'belanja' hanya karena tameng 'kehilangan makna atau esensi'......malah lebih memilih kehilangan nyawa karena menganggap remeh Covid-19.... indonesiaterserah
kliatan bgt gaya kaya orang kaya kemampuan pas pasan wkwkwkw,,saya bgt ini,,,sedih,,,klo dulu yg nempel di badan saya juga bisa 10 juta,,yah sekarang cukup la 200 ribu aja wkwkwkwk
Total gagal paham.
:(
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: tribunnews - 🏆 37. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: mediaindonesia - 🏆 2. / 92 Baca lebih lajut »
Sumber: SINDOnews - 🏆 40. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »