REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Bali Putri Suastini Koster meminta motif-motif kain songket dari para perajin di Pulau Dewata segera dipatenkan. Tujuannya agar tidak mudah dijiplak.
"Namun, kini dengan alasan tekstur kain lebih ringan, masyarakat cenderung membeli kain bordir atau printing," ucapnya saat meninjau Pertenunan Endek Patra milik I Gusti Made Arsawan di Bale Timbang, Penatih, Denpasar dan Baliwa Songket Collections milik I Ketut Ardenan di Banjar Abian Nangka Kelod, Desa Kesiman Petilan, Denpasar itu.
Selain maraknya motif songket dan endek tiruan, tambah dia, usaha tenun ikat tradisional Bali juga dihadapkan pada kendala bahan baku benang serta makin surutnya minat tenaga kerja yang mau menekuni ketrampilan menenun. Pemilik Pertenunan Endek Patra I Gusti Made Arsawan mengatakan bahan baku benang untuk pembuatan kain tenun sebagian besar masih didatangkan dari luar Bali. Bahkan untuk jenis sutera masih diimpor dari China.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: kompascom - 🏆 9. / 68 Baca lebih lajut »
Sumber: SINDOnews - 🏆 40. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: CNN Indonesia - 🏆 27. / 53 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: detikcom - 🏆 29. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: mediaindonesia - 🏆 2. / 92 Baca lebih lajut »