Mahsun duduk di depan sebuah kafe pada pusat perbelanjaan di Kota Palangkaraya , Kalteng, Senin malam. Remaja yang sekolah di salah satu MTs di Kota Palangkaraya itu berjualan keripik buatan mamanya.
Di depannya, berjejer dua kotak putih. Isinya berbagai macam keripik, mulai dari yang manis hingga pedas nyelekit. Hanya, hidup tetap tidak mudah bagi dia. Apalagi pandemi Covid-19 membuat orangtuanya kehilangan pekerjaan. Untuk Lebaran kali ini, hanya demi sehelai baju baru, ia mesti berjualan keripik.Orangtua Mahsun kini bekerja serabutan. Apa saja yang bisa menghasilkan selama halal akan dikerjakan.
Mahsun sempat bertanya, mengapa lampunya bisa berubah warna bahkan membentuk kata-kata ”Kalteng Berkah”. Hurufnya juga besar-besar. Mahsun tak paham dengan teknologiBundaran Besar yang sebelumnya merupakan ruang terbuka hijau kini telah direnovasi dan dibangun Talawang atau perisai khas Dayak. Pada Senin malam rombongan Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran dan ratusan warga Palangkaraya memenuhi Bundaran Besar untuk menjalankan shalat Tarawih.
Menara itu bentuknya seperti talawang atau perisai khas suku Dayak. Selain setinggi lebih kurang 45 meter, ada bundaran besar mencapai hampir satu hektar. Paulus Alfons, pemerhati sosial budaya dari Universitas Palangkaraya, mengungkapkan, infrastruktur yang dibangun begitu megah di Kota Palangkaraya ini menghabiskan ratusan miliar anggaran. Anggaran itu seharusnya bisa digunakan untuk kebutuhan mendesak lainnya.
Mahsun 14-Year-Old Boy Sells Homemade Chips Palangkaraya Shopping Center Cafe Cloudy Weather Confident Passersby
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: hariankompas - 🏆 8. / 70 Baca lebih lajut »
Sumber: hariankompas - 🏆 8. / 70 Baca lebih lajut »
Sumber: liputan6dotcom - 🏆 4. / 83 Baca lebih lajut »
Sumber: tvOneNews - 🏆 1. / 99 Baca lebih lajut »
Sumber: hariankompas - 🏆 8. / 70 Baca lebih lajut »
Sumber: liputan6dotcom - 🏆 4. / 83 Baca lebih lajut »