Setelah aborsi dan senjata, Mahkamah Agung Amerika Serikat akan menangani masalah kontroversial dan sensitif lain pada Senin mendatang, yaitu penggunaan unsur ras dalam mempertimbangkan siapa yang patut diterima menjadi mahasiswa di kampus-kampus ternama Amerika.
Harvard dan UNC, seperti beberapa sekolah kompetitif lainnya, menggunakan unsur ras sebagai faktor penerimaan mahasiswa baru untuk mencoba memastikan terpenuhinya aspek keterwakilan kelompok minoritas, secara historis warga kulit hitam Amerika, di dalam komposisi mahasiswa.
Mahkamah Agung sebelumnya telah mendukung tindakan afirmatif, terakhir pada 2016 dengan selisih satu suara, tetapi para penentangnya percaya bahwa mahkamah saat ini yang berhaluan kanan akan lebih bersimpati mendengarkan argument mereka.“Jika mereka saja membalikkan Roe, saya rasa mereka juga kemungkinan akan membalikkan Bakke,” ujar Ilya Shapiro, peneliti senior Manhattan Institute, lembaga kajian konservatif.
Dengan enam orang hakim, di mana tiga di antaranya dinominasikan oleh mantan Presiden AS Donald Trump, kubu konservatif memegang mayoritas yang kuat di pengadilan tertinggi dengan sembilan hakim agung itu. Pada 2014, kelompok itu mengajukan gugatan terhadap Harvard dan UNC dengan klaim bahwa kebijakan penerimaan mahasiswa baru sadar-ras mereka mendiskriminasi peserta keturunan Asia yang sama-sama memenuhi syarat.