BETAPA pun kita sudah risau dengan kondisi kesehatan Sapardi Djoko Damono yang belakangan menurun, tetap saja kepergiannya kemarin pagi tak mudah dipercaya.
Cara berujar Sapardi Djoko Damono hampir selalu sederhana. Sejak awal, saya kenal dalam Sonet: Hei! Jangan Kau Patahkan. Begini dia berkata: ‘Hei! Jangan kau patahkan kuntum bunga itu/ia sedang mengembang; bergoyang dahan-dahannya yang tua/yang telah mengenal baik, kau tahu,/segala perubahan cuaca.//...//Jangan; saksikan saja dengan teliti/bagaimana matahari memulasnya warna-warni, sambil
Dia menjadi pembicara di berbagai seminar, memimpin berbagai kepanitiaan sastra dan budaya, menjadi juri di bidang sastra, dan sebagai sastrawan sekaligus kritikus. Pendapatnya diperlukan di berbagai tempat. Selain sempat menjadi hardik Gerimis. Terakhir, novel serialnya yang menarik, seperti Hujan Bulan Juni, Pingkan Melipat Jarak, dan Yang Fana adalah Waktu, tentang kisah kasih muda-mudi berbeda agama dan budaya.
Dia mengedit dan memberi ilustrasi. Dalam tulisannya pada 2020, Sastra dan Teknologi, SDD menganjurkan kita semua agar tidak gentar dengan teknologi bahkan wajib bersahabat dengannya. Katanya, sastra modern cenderung mengejek pembaca yang terbatas pengetahuannya dan tertutup sikapnya.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: temponewsroom - 🏆 13. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: kompascom - 🏆 9. / 68 Baca lebih lajut »
Sumber: tempodotco - 🏆 12. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: SINDOnews - 🏆 40. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: tempodotco - 🏆 12. / 63 Baca lebih lajut »