Direktur Eksekutif Yayasan Orangutan Sumatera Lestari–Orangutan Information Centre Fransisca Ariantiningsih, di Medan, Sumatera Utara, Kamis .
”Sebulan ini saya baru berkeliling ke sejumlah kampus untuk kampanye orangutan Tapanuli. Sekarang sibuk rapat dengan tim dan menyelesaikan urusan kantor,” kata Fransisca yang kini menjabat Direktur Eksekutif YOSL-OIC. Dari Australia, Fransisca memilih terjun ke dunia konservasi satwa liar. Dia terbang ke Sumatera Utara untuk bergabung dengan Yayasan Ekosistem Lestari–Program Koservasi Orangutan Sumatera . Setelah bergabung dengan lembaga itu, dia untuk pertama kalinya bertemu dengan orangutan di alam liar saat berkunjung ke kawasan Rawa Singkil, Kabupaten Aceh Singkil.
Tim penyelamat dari YOSL-OIC yang mendapat informasi langsung terjun dari Medan ke Subulussalam. Tim bersama otoritas pemerintah berhasil mengambil Hope dan bayinya dari pemburu. Namun, bayi orangutan itu mengalami trauma psikis berat sehingga menangis sepanjang malam. Bayi itu juga dehidrasi karena tidak bisa menyusu karena induknya kritis.
Penyelamatan lain yang cukup dramatis adalah ketika mengevakuasi orangutan jantan berusia 20 tahun di Kabupaten Karo, pada 2016. Orangutan itu dipelihara warga dari umur tiga tahun sampai 20 tahun di sebuah kandang besi. ”Kami harus memotong kandang besi karena orangutan itu tidak bisa lagi melewati pintu kecil tempat dia masuk ke kandang ketika berusia tiga tahun,” kata Fransisca.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: SINDOnews - 🏆 40. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: KompasTV - 🏆 22. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: tvOneNews - 🏆 1. / 99 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: mediaindonesia - 🏆 2. / 92 Baca lebih lajut »
Sumber: antaranews - 🏆 6. / 78 Baca lebih lajut »