Liputan6.com, Jakarta - Konstelasi politik menuju pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden 2024 terus mengalami pergeseran. Perubahan politik secara signifikan tergambar dari masifnya manuver elite untuk mencari peruntungan politik guna menatap pilpres mendatang.
Hal itu sebagaimana tertulis dalam pernyataan resmi Sekjen Partai Demokrat Teuku Riefki Harsya pada Kamis, 31 Agustus 2023 kemarin. Dalam pernyataan tersebut, Riefky mengungkapkan bahwa partainya merasa dikhianati karena keputusan sepihak soal duet Anies-Cak Imin tersebut. Perubahan fundamental yang dimaksud adalah ketika Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menetapkan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sebagai pendamping Anies Baswedan untuk Pilpres 2024.
Sementara itu di sisi lain, Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa memutuskan telah menerima tawaran kerja sama politik yang diajukan Partai NasDem untuk menduetkan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden di Pilpres 2024. Namun, keputusan pengurus pusat mengharuskan penetapan hasil akhir atau proses finalisasi dilakukan melalui Rapat Pleno Gabungan DPP PKB yang melibatkan seluruh jajaran pengurus internal partai.
Hal itu, kata Umam, tidak terlepas dari posisi Partai NasDem yang tampak tidak ingin untuk terus melawan dan mengkritik arus politik pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini. Oleh sebab itu, Umam menilai, pertemuan Ketua Umum NasDem Surya Paloh dengan Jokowi menjadi tanda bahwa koalisi NasDem-PKB dapat diindikasikan turut menjadi koalisi bentukan Istana dari hasil kompromi Surya Paloh-Jokowi.
Menurut Umam, mesin politik PKB yakni Nahdiyin tidak akan mampu berjalan optimal dan tak akan bisa menutupi jejak politik identitas Anies saat Pilkada 2017, Sebab PKB sudah melekat dengan nama Prabowo yang selama satu tahun belakangan telah mendapat simpul dukungan para kiai Nahdliyin. "Artinya langkah politik Anies agak berat untuk recover elektabilitas. Jangan sampai salah perhitungan," Umam menandasi.
"Ini akan menjadi peluang yang baik bagi PDIP untuk merangkul Partai Demorkat untuk memperkuat pencapresan Ganjar Pranowo," pungkasnya. "Kalau kita lihat dari historisnya, dulu PKS dukung Prabowo, lalu Demokrat juga ada di kubu Prabowo. Maka tentunya, PKS-Demokrat usai lepas dari NasDem kemungkinan besar akan bergabung ke Prabowo karena paling nyaman," ucapnya.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: suaradotcom - 🏆 28. / 53 Baca lebih lajut »
Sumber: CNNIDdaily - 🏆 14. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: KompasTV - 🏆 22. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: tvOneNews - 🏆 1. / 99 Baca lebih lajut »
Sumber: detikcom - 🏆 29. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: KompasTV - 🏆 22. / 63 Baca lebih lajut »