REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak ada kaitan sebab-akibat antara vaksin COVID-19 dan gangguan menstruasi yang ditemukan sejauh ini, kata Badan Obat-obatan Eropa pada Jumat. EMA mengatakan pihaknya telah meneliti kasus-kasus gangguan menstruasi yang dilaporkan setelah vaksinasi dan telah meminta lebih banyak data dari pengembang vaksin untuk memeriksa masalah tersebut.
Gangguan menstruasi bisa muncul karena berbagai sebab, dari stres dan kelelahan hingga kondisi medis yang mendasarinya seperti fibroid dan endometriosis. Secara terpisah, EMA pada Jumat merekomendasikan trombositopenia imun , pusing, dan tinitus untuk dimasukkan sebagai kemungkinan reaksi yang ditimbulkan oleh vaksin dosis tunggal Johnson & Johnson .
EMA menekankan manfaat vaksin J&J masih lebih besar dari risikonya. Mereka menambahkan bahwa 1.183 kasus pusing dan lebih dari 100 kasus tinitus telah dianalisis untuk mencapai kesimpulan itu. Bulan lalu EMA memasukkan gangguan degenerasi saraf langka, Guillain-Barr syndrome , sebagai kemungkinan efek samping dari suntikan J&J. Perusahaan yang berbasis di AS itu telah berjuang memasok vaksinnya ke Uni Eropa.Laporan tentang hal itu masih dipantau, kata EMA Jumat. Vaksin J&J dan AstraZeneca dikembangkan dengan teknologi yang serupa, namun menggunakan versi virus flu yang berbeda untuk membangun kekebalan tubuh.
sumber : Antara/ReutersBACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: CNN Indonesia - 🏆 27. / 53 Baca lebih lajut »
Sumber: liputan6dotcom - 🏆 4. / 83 Baca lebih lajut »
Sumber: mediaindonesia - 🏆 2. / 92 Baca lebih lajut »
Sumber: detikcom - 🏆 29. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: liputan6dotcom - 🏆 4. / 83 Baca lebih lajut »
Sumber: tempodotco - 🏆 12. / 63 Baca lebih lajut »