internasional hingga hari ini, dipublikasikan kembali tahun ini oleh penerbit Penguin sebagai bagian dari seri Great Ideas.
"Rasa kehormatan, menyiratkan kesadaran yang kuat akan harga diri, selalu menjadi karakter sang samurai..." tulis Nitobe.Kenyataannya agak berbeda, dan para sejarawan menilai deskripsi Nitobe tentang samurai terlalu romantis. Dengan demikian, Nitobe terus-menerus merujuk ke filosofi dan literatur Eropa serta mempersamakan bushido dengan kode kesatria alias chivalry para kesatria Eropa.
Menurut Eri Hotta, sejarawan dan penulis buku Japan 1941: Countdown to Infamy, buku tersebut juga merupakan "upaya untuk menempatkan Jepang di posisi setara dengan negara-negara terkuat Barat sehingga mereka dapat mengklaim hak untuk menjadi tuan para koloni."Pujian internasional terhadap bukunya menunjukkan bahwa Nitobe sukses dalam tujuannya mendokumentasikan nilai-nilai Jepang dan dengan demikian meningkatkan citra negara itu di mata Barat.
Daya pikat bushido sebagai kode moral bahkan menarik perhatian Presiden AS saat itu, Theodore Roosevelt, yang merupakan seorang praktisi judo. Namun demikian, keberhasilan internasionalnya dirayakan di Jepang, dan dengan menanamkan gagasan bahwa ketulusan moral Jepang memberinya hak untuk bergabung dengan kelompok istimewa negara-negara kolonial Barat, buku Nitobe "membuat orang Jepang percaya bahwa mereka semua adalah pewaris nilai-nilai yang luhur dan bahwa mereka berhak untuk membenarkan yang salah," kata Hotta. "Itu penting untuk citra diri orang Jepang.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: antaranews - 🏆 6. / 78 Baca lebih lajut »
Sumber: CNN Indonesia - 🏆 27. / 53 Baca lebih lajut »
Sumber: tempodotco - 🏆 12. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: voaindonesia - 🏆 15. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: tempodotco - 🏆 12. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: Beritasatu - 🏆 26. / 59 Baca lebih lajut »