JAM sudah menunjukkan pukul 11.00 pada 10 Februari lalu. Haoran dan Sisi, laki-laki dan perempuan usia pertengahan 20 tahun, masih berada di kamar mereka di Kota Chengdu, ibu kota Provinsi Sichuan, Cina. Haoran masih di bawah selimut, mengotak-atik telepon seluler Huawei-nya. Pacarnya, Sisi, duduk bersila di lantai dan berfokus pada laptop. Ketika MarketWatch bertanya tentang apa yang mereka lakukan, keduanya menjawab serempak, “Bekerja.
Saat virus corona merebak di Wuhan, ibu kota Hubei, pada Januari lalu, pemerintah mengisolasi kota itu dengan membatasi orang bepergian serta menghentikan kereta api, bus, dan angkutan umum lain. Pembatasan serupa dilakukan di kota lain saat virus menyebar ke hampir seluruh provinsi itu. General Motors, yang tahun lalu menjual lebih banyak mobil di Cina daripada di Amerika Serikat, menutup pabrik-pabriknya di Negeri Panda setidaknya untuk sepekan atas permintaan pemerintah. Ford Motor juga meminta manajernya di Cina bekerja dari rumah sementara pabrik-pabriknya tidak beroperasi.
Presiden Cina Xi Jinping menyadari bahaya itu. Menurut Reuters, dalam rapat Komite Partai Komunis Cina pada 3 Februari lalu, Xi memperingatkan para pejabat tingginya bahwa upaya pengendalian virus yang terlalu jauh bisa mengancam ekonomi. Menurut kantor berita Xinhua, Xi meminta komite partai dan pemerintah di semua tingkatan mencapai target pembangunan ekonomi dan sosial pada tahun ini.
Sejak 2003, Cina tumbuh dari ekonomi terbesar keenam di dunia menjadi terbesar kedua di belakang Amerika Serikat. Dana Moneter Internasional memperkirakan Cina sendiri menyumbang 39 persen dari ekspansi ekonomi global pada 2019. Larangan perjalanan dan pembatalan penerbangan oleh maskapai internasional akan berdampak pada sektor pariwisata Cina di luar negeri. Itu ancaman bagi banyak ekonomi, terutama di Asia, menurut Kelvin Tay, kepala investasi regional di UBS Global Wealth Management. “Jika Anda melihat Asia, sektor pariwisata Cina menjadi bagian lebih besar dari ekonomi untuk hampir semua negara,” ucapnya kepada CNBC.
Roda nasib memang berputar kadang dibawah kadang diatas, saat dibawah rakyat jugalah yg bahu membahu memajukan negara, makanya saat diatas jangan seenaknya kepada rakyat
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: tempodotco - 🏆 12. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: tempodotco - 🏆 12. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: tempodotco - 🏆 12. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: korantempo - 🏆 38. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: tempodotco - 🏆 12. / 63 Baca lebih lajut »