REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Ketika pasukan Turki menyerbu Suriah utara pada awal Oktober, para pendukung meluncurkan memberikan dorongan secara serempak di internet. Salah satu media sosial yang gencar digunakan untuk melakukan kegiatan tersebut adalah Twitter dan Instagram.
Sejak bulan lalu, foto-foto yang menunjukkan posisi tentara Turki mulai bermunculan setelah penarikan pasukan Amerika Serikat oleh Presiden Donald Trump. Penarikan itu membuka jalan bagi serangan Turki terhadap Kurdi di perbatasan dengan Suriah timur laut. Tapi, tidak seperti gambar pro-Kurdi, pos-pos palsu dan menyesatkan mendukung Turki tampaknya mendapat dorongan dari jaringan akun Twitter yang terkoordinasi. Mereka dapat membesarkan konten dengan memanfaatkan tagar dan retweet hingga menjadi trending.
Kampanye daring itu menjadi propaganda di media sosial untuk mempengaruhi opini global tentang kontroversi serangan Turki di Suriah. Pola serupa pun sesungguhnya sudah sering terjadi di peristiwa-peristiwa dunia.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: antaranews - 🏆 6. / 78 Baca lebih lajut »
Sumber: CNN Indonesia - 🏆 27. / 53 Baca lebih lajut »
Sumber: kompascom - 🏆 9. / 68 Baca lebih lajut »
Sumber: voaindonesia - 🏆 15. / 63 Baca lebih lajut »
Presiden Erdogan Sebut Turki Tangkap Istri Baghdadi Tapi Tak Berkoar-koarKami juga sudah menangkap saudara perempuan dan ipar laki-lakinya di Suriah.
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: CNN Indonesia - 🏆 27. / 53 Baca lebih lajut »