Ketika Taliban membatasi ruang gerak perempuan Afghanistan untuk bekerja, belajar, dan bepergian, sebagian kaum perempuan pada awalnya menentang peraturan baru tersebut. Mereka turun ke jalan untuk menyuarakan protes.
Zakia merupakan tulang punggung keluarganya sebelum Taliban kembali berkuasa. Akibatnya, dia kini kehilangan pekerjaannya. Pada akhirnya, Zakia berhasil membebaskan diri. Namun, apa yang dilihatnya pada hari itu masih melekat dan membuatnya khawatir akan masa depan.Mariam dan Parwanah Ebrahimkhel Najarabi, seorang pelajar berusia 23 tahun, adalah sebagian dari banyak pendemo Afghanistan yang ditahan setelah Taliban mengambil alih kekuasaan.
Satu bulan kemudian, giliran Parwanah yang memutuskan untuk protes terhadap Taliban. Bersama rekan-rekan mahasiswa lainnya, Parwanah mengadakan beberapa unjuk rasa.“Saya langsung disiksa begitu ditangkap,” ujar Parwanah.“Waktu saya menolak duduk di antara mereka, saya didorong ke depan. Kepala saya ditutup selimut dan saya ditodong senjata api. Saya tidak boleh bergerak.
Keduanya mengaku dipaksa menandatangani surat pengakuan atas kesalahan mereka dan berjanji tidak akan ambil bagian dalam aksi unjuk rasa melawan Taliban.Kami mengonfirmasi tuduhan ini ke Zabihullah Mujahid, juru bicara senior pemerintahan Taliban. Dia mengonfirmasi penangkapan perempuan-perempuan tadi, tetapi menyanggah tuduhan bahwa mereka diperlakukan buruk.
Peneliti Amnesty International, Zaman Soltani, yang berbicara dengan beberapa pengunjuk rasa setelah dibebaskan, menyebut fasilitas dasar di penjara-penjara sangatlah minim.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: tvOneNews - 🏆 1. / 99 Baca lebih lajut »
Sumber: Bolanet - 🏆 20. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: suaradotcom - 🏆 28. / 53 Baca lebih lajut »
Sumber: BolaSportcom - 🏆 31. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: suaradotcom - 🏆 28. / 53 Baca lebih lajut »
Sumber: tribunnews - 🏆 37. / 51 Baca lebih lajut »