Kekompakan negara-negara Arab Muslim melawan musuh bebuyutan, Israel, tampaknya tak akan lagi terulang. Kisah patriotisme perlawanan Arab seperti terekam jelas pada Perang 1948, 1967, dan 1973 tinggal romantika sejarah belaka. Normalisasi hubungan yang terjadi antara Uni Emirat Arab dengan Israel, lalu disusul Bahrain, beberapa pekan setelahnya, membuka babak baru pola hubungan negara-negara yang sebagian besar tergabung dalam Liga Arab tersebut dengan Zionis Israel.
Ada dua artikel yang menurut saya, cukup mewakili penjelasan mengapa dua negara tersebut disebut sebagai faktor kuat di balik normalisasi. Dua artikel yang ditulis masing-masing oleh Pemimpin Redaksi Journal of America, Abdus Sattar Ghazali dalam Milli Gazette dan Juan Garcia Nieto, di Media Atalayar berbahasa Spanyol yang telah diterjemahkan ke bahasa Arab.
Pada pertemuan virtual Menteri Luar Negeri Liga Arab saat itu, Menteri Luar Negeri UEA, Anwar Gargash juga menyatakan kekhawatirannya pada Turki. Menurut dia, campur tangan Turki dalam urusan dalam negeri sebagian besar negara Arab, adalah contoh nyata dari campur tangan negatif di kawasan itu. Lebih jauh, mengutip The Jordan Times, suara resmi kerajaan pada Juli lalu, Ghazali juga mengingatkan kembali jika"Pasukan Turki dan milisi yang didukung Ankara aktif di tiga negara Arab: Libya, Suriah, dan Irak.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: voaindonesia - 🏆 15. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: tempodotco - 🏆 12. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: tempodotco - 🏆 12. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: SINDOnews - 🏆 40. / 51 Baca lebih lajut »