Fenomena ini dapat dilihat di wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Lantas bagaimana penjelasan jika ditinjau dari aspek astronomis?Mengutip laman edukasi sains LAPAN, bumi mengalami rotasi terhadap sumbunya dengan kemiringan 66,60 terhadap bidang edar atau ekliptika. Kemudian secara bersamaan Bumi juga mengelilingi Matahari dengan sumbu rotasi yang miring tersebut.
Akibat miringnya sumbu rotasi Bumi saat mengelilingi Matahari inilah yang membuat waktu terbit dan terbenamnya Matahari akan bervariasi selama satu tahun, baik itu lebih cepat maupun lebih lambat.Penggambaran lebih jelasnya adalah misal saat sumbu rotasi di belahan utara Bumi dan kutub utara Bumi miring ke arah Matahari, maka Matahari akan terbit lebih cepat dan terbenam lebih lambat di belahan utara Bumi.
Sementara itu, ketika sumbu rotasi di belahan selatan Bumi dan kutub selatan Bumi miring menjauhi Matahari. Maka Matahari akan terbit lebih cepat dan terbenam lebih lambat di belahan selatan Bumi. Sedangkan, di belahan utara Bumi, Matahari akan terbit lebih lambat dan terbenam lebih cepat. Hal ini terjadi saat solstis Desember yakni ketika Matahari berada paling Selatan saat tengah hari yang terjadi setiap tanggal 21/22 Desember setiap tahunnya.Menurut peneliti LAPAN, Andi Pangerang, masyarakat tidak perlu panik dan khawatir menyikapi fenomena ini karena hal itu merupakan fenomena alami yang memang lazim terjadi setiap tahunnya.
"Sekitar empat bulan lagi, sejak tanggal 13 sampai 18 November 2022 mendatang, Matahari akan terbit lebih cepat untuk Jawa, Bali dan Nusa Tenggara," ungkapnya dikutip dari laman resmi LAPAN.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: liputan6dotcom - 🏆 4. / 83 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: SINDOnews - 🏆 40. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: jawapos - 🏆 35. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: Bisniscom - 🏆 23. / 59 Baca lebih lajut »
Sumber: Bisniscom - 🏆 23. / 59 Baca lebih lajut »