JAKARTA – Saksi penting dalam dugaan suap ekspor benur lobster, Deden Deni Purnama, meninggal pada 31 Desember lalu. Deden yang menjabat direktur PT Perishable Logistics Indonesia ini meninggal karena sakit.
Menurut pelaksana tugas juru bicara KPK, Ali Fikri, pemeriksaan Deden bertujuan menggali keterangan perihal peran PT Aero Citra Kargo dalam proses ekspor benih lobster. Ali mengemukakan, PT Aero yang ditunjuk menjadi pengangkut benih lobster berkongsi dengan PT Perishable sebagai forwarder. Pekerja tengah membungkus benur ke dalam plastik untuk diekspor ke Vietnam di Jakarta, 25 November 2020.
Selain menjadi tangan kanan Siswadhi, PT Aero diduga menjadi salah satu wadah Edhy untuk mendapatkan duit rasuah. Uang itu diperoleh dari Amri, teman sang menteri di Akademi Militer angkatan 1991, dan Ahmad Bahtiar yang juga orang dekat staf khusus Edhy. Kedua orang ini sempat tercatat sebagai pemegang saham di PT Aero.
Deden, menurut sumber yang sama, juga mengetahui proses penentuan tarif ekspor lobster PT Aero sebesar Rp 1.800 per ekor. Menurut sejumlah eksportir, tarif itu terlampau mahal dibanding biaya pengangkutan rata-rata Rp 200-300 per ekor. Soal ini, almarhum juga disebut-sebut memiliki informasi ihwal ke mana saja duit tarif itu mengalir.
Menurut Petrus, pada 7 Desember lalu, kliennya masih menerima dus jam mewah tersebut yang dikirimkan belakangan. Dia lalu menyerahkan barang itu kepada KPK. Petrus tidak menjawab permintaan konfirmasi Tempo seputar peran lain kliennya dalam perkara ini.
Aahhh, KPK harus kuat , disaat seperti ini KPK diuji, apakah yang lagi kamu cari, yang susah dicari dan tidak bisa dibeli adalah nama baik, saatnya Ketua KPK mencari itu, mumpung kesempatan kekuasaan masih ditangan, wasallam salam HORMAT buat KPK
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.