REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kurikulum merupakan dokumen nasional yang menggambarkan arah grand design pembangunan suatu bangsa. Oleh karena itu, rancangan sebuah kurikulum tidak dapat dilepaskan dari akar budaya dan filosofi bangsa tersebut. Melalui dokumen kurikulum tergambar langkah-langkah strategis bagaimana membangun suatu bangsa dengan menjawab persoalan yang sedang dihadapi hari ini dan bagaimana mengantisipasi tantangan di masa depan.
Demikian kesimpulan diskusi interaktif yang diselenggarakan oleh Indonesia Bermutu, Ahad yang diselenggarakan secara online. Diskusi yang mengangkat topik “Malpraktik Pengembangan Kurikulum” itu diikuti oleh 108 peserta terdiri dari guru, praktisi, dan dosen. Ia menambahkan, keahlian di bidang ilmu tertentu saja tidak cukup untuk menjadi pengembang kurikulum. Sebab, kesahihan sebuah kurikulum sangat ditentukan oleh keahlian para pengembang dalam menempatkan rangkaian kompetensi, pengalaman belajar, dan konten dalam sebuah tatanan atau susunan yang berkesinambungan serta dikuatkan oleh dasar filosofi yang jelas.
Prof Burhanuddin Tola, Guru Besar Universitas Negeri Jakarta, dan juga ahli Penilaian Pendidikan mengatakan, kurikulum yang baik harus secara terus-menerus dievaluasi oleh guru. Karena, gurulah yang paling tahu apa yang dibutuhkan oleh peserta didiknya. “Gurulah yang memahami keragaman potensi, kebutuhan, minat, dan bakat, serta keunikan setiap peserta didik,” kata Prof Burhanuddin.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »