TEMPO.CO, Jakarta - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menyebut semua pembangkit batu bara tidak bisa langsung digantikan dengan energi bersih, seperti pembangkit tenaga surya. Persoalannya ada pada Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik dan perangkat pembangkit surya yang masih diimpor.Sebab, pembangkit tenaga surya menghasilkan BPP yang lebih besar ketimbang pembangkit batu bara. Semakin tinggi BPP, maka masyarakat akan menanggung tarif listrik yang lebih mahal.
Pembangkit batu bara yang sudah tua pun bakal pensiun alias ditutup lebih cepat.Untuk mengejar target ini Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030 pun baru disahkan pada 28 September lalu. Dalam RUPTL ini, 51,6 persen pembangkit listrik milik PLN dalam 10 tahun ke depan akan berasal dari energi besih.Untuk mengecar rencana itu, PLN pun bakal menambah 10,6 Gigawatt (GW) pembangkit EBT sampai 2025 nanti. Sumber terbesar bakal berasa dari pembangkit tenaga surya yaitu 3,9 GW.
Tunggu batu bara habis dulu, maksimalkan keuntungan kata para pengusaha yg di pemerintahan
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: jpnncom - 🏆 25. / 59 Baca lebih lajut »
Sumber: hariankompas - 🏆 8. / 70 Baca lebih lajut »
Sumber: jpnncom - 🏆 25. / 59 Baca lebih lajut »
Sumber: CNN Indonesia - 🏆 27. / 53 Baca lebih lajut »