TEMPO.CO, Jakarta karena berfokus gawai atau gadget. Mengutip Science Direct, lebih dari 17 persen orang melakukan phubbing ketika ada orang lain di depannya. Setidaknya, orang itu melakukannya empat kali dalam sehari. Sedangkan, 32 persen lainnya melakukan phubbing sebanyak dua kali sampai tiga kali dalam sehari. Kata phubbing makin banyak diketahui sejak Mei 2012. Saat itu layanan iklan di Australia membuat kata ini untuk menggambarkan fenomena yang berkembang.
Kurang pekaTentu tidak menyenangkan bertemu orang, tapi tidak membicarakan suatu hal dan memilih diam karena sibuk menggunakan gawai. Akibatnya, phubbing bisa mempengaruhi kehangatan atau kedekatan hubungan di dunia sosial yang nyata. 3. Mempengaruhi kesehatan mentalMerujuk publikasi dalam Journal of Applied Social Psychology, phubbing memberikan simulasi perasaan lebih negatif tentang interaksi yang terjalin. Phubbing sebagai ancaman bagi empat kebutuhan dasar seseorang.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Pemulihan Ekonomi Masih Menghadapi Berbagai Risiko dan TantanganPemulihan ekonomi berlangsung di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang semakin baik. Namun, berbagai risiko dan tantangan masih perlu diperhatikan atau yang kerap dikenal sebagai ”the perfect storm”. Ekonomi AdadiKompas
Sumber: hariankompas - 🏆 8. / 70 Baca lebih lajut »
Sumber: detikcom - 🏆 29. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: Beritasatu - 🏆 26. / 59 Baca lebih lajut »
Perubahan Iklim Meningkatkan Risiko Jemaah Haji dari Paparan PanasPemanasan global bakal menyebabkan jemaah haji di Mekah lebih berisiko karena berpotensi terpapar panas tinggi. Suhu bola basah rata-rata di Mekah naik hampir 2 derajat celcius antara tahun 1984–2013. LiputanHaji AdadiKompas aik_arif
Sumber: hariankompas - 🏆 8. / 70 Baca lebih lajut »
Sumber: pikiran_rakyat - 🏆 11. / 68 Baca lebih lajut »
Sumber: tempodotco - 🏆 12. / 63 Baca lebih lajut »