CNBC Insight

Raja Gula RI: Orang Super Kaya Raya Berkat Gula, Ini Orangnya

Entrepreneur - Petrik Matanasi, CNBC Indonesia
29 January 2022 20:00
Gula kristal mentah (raw sugar)  impor (CNBC Indonesia/Tri Susilo) Foto: Gula kristal mentah (raw sugar) impor (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga gula di dalam negeri di awal 2022 perlahan merangkak naik karena stok di pasar berkurang. Awal tahun merupakan bukan periode musim giling sehingga berdampak pada pasokan terutama gula lokal.

Soal gula lokal ini Indonesia pernah mengalami masa kejayaan yang luar biasa, sampai melahirkan konglomerat dari bisnis gula. Namun, kini semua sudah sirna, Indonesia lebih banyak mengimpor gula jutaan ton per tahun.

Kemampuan Indonesia dalam memproduksi adalah hal aneh dalam sejarah Indonesia, karena pada abad-abad silam Indonesia adalah pengekspor gula, salah satu yang terbesar.

Salah satu pengekspor gula terpenting zaman Hindia Belanda adalah keluarga Oei Tiong Ham yang sangat tajir di Semarang pada abad lalu. Oei Tiong Ham sendiri dijuluki raja gula.

Oei Tiong Ham bukan yang memulai bisnis itu, melainkan ayahnya, Oei Tjie Sien. Ayahnya, yang asal Fujian, merintis bisnis keluarga itu di Semarang setelah kabur dari Tiongkok pasca pemberontakan Taiping.

Oei Tjie Sien, disebut Christian Dobbins dalam Asian Entrepreneurial Minorities Conjoint Communities in the Making of the World-economy 1570-1940 (1996:184), tiba di Semarang pada 1858 pada usia 23 tahun dan terkoneksi dengan Tionghoa Semarang. Dia juga menikahi salah putri pedagang.

"Pada 1863, Oei Tjie Sien memulai bisnis kecilnya di Semarang dalam jual beli produk kolonial terkhusus gula. Dia menamakannya Kongsi Kian Gwan," tulis James Rush dalam Opium to Java (2007:249).

Waktu pabrik gula itu berdiri Indonesia mengalami perihnya zaman tanam paksa, pihak swasta belum berjaya dalam bidang perkebunan. Di masa-masa itu salah satu anaknya, Oei Tiong Ham, lahir pada 19 November 1866.

Tanam paksa berakhir pada 1870. "Oei mengembangkan usahanya ketika ekonomi berkembang setelah revolusi agraria," tulis James Rush. Bisnis gula Oei Tjie Sien berkembang.

Bisnis Oei Tjie Sien tak hanya gula, sebagai perusahaan dagang, Kian Gwan berdagang kapuk, karet, gambir, tapioka, dan kopi. Disamping menyelenggarakan jasa gadai, pos, penebangan.

Pada 1885, Oei Tiong Ham sudah ikut terjun ke bisnis gula.Oei Tjie Sien pensiun sejak 1893 dan tutup usia pada 1900. Oei Tiong Ham lalu melampaui Oei Tjie Sien. Ketika Oei Tjie Sien masih hidup, koran Belanda lebih mengenal Oei Tiong Ham ketimbang Oei Tjie Sien.

Oei Tiong Ham lalu menamakan perusahaan keluarganya sebagai Oei Tiong Ham Concern (OTHC). Bisnis gulanya terus berkembang pesat ketika Oei Tiong Ham masih hidup.

Kekayaan Oei Tiong Ham itu mencapai mencapai 200 juta gulden. Uang 1 gulden pada 1925 bisa membeli 20 kg beras. Jika harga beras Rp 10.850/kg, diperkirakan harta kekayaan Oie Tiong Ham itu kira-kira Rp 43,4 triliun.

Oei Tiong Ham tutup usia pada 1924 dan meski tetap kaya, para keturunannya tidak mampu meneruskan kejayaannya. Salah satu anaknya, Oei Tjong Hauw, yang memimpin Kian Gwan, termasuk salah pendiri negara Republik Indonesia sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Raja Gula RI: Bos Gulaku, Gunawan Yusuf Penguasa Gula Lampung


(pmt/pmt)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading