PBNU: Komentar Menag 'Kemenag Hadiah untuk NU' Kurang Bijaksana

PBNU: Komentar Menag 'Kemenag Hadiah untuk NU' Kurang Bijaksana

Isal Mawardi, Kanavino Ahmad Rizqo - detikNews
Minggu, 24 Okt 2021 19:27 WIB
Jakarta -

PBNU angkat bicara terkait komentar Menteri Agama RI Yaqut Cholil Coumas terkait 'Kemenag hadiah untuk NU'. PBNU menyebut pernyataan Menag kurang bijaksana.

"Pernyataan Pak Menteri Agama tentu itu hak beliau, meski saya pribadi dapat menyatakan bahwa komentar tersebut tidak pas dan kurang bijaksana dalam perspektif membangun spirit kenegarawanan," ujar Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal Zaini kepada wartawan, Minggu (24/10/2021).

Helmy membenarkan NU punya peran besar dalam menghapus 7 kata dalam piagam Jakarta. Namun, karena hal itu, NU tidak boleh merasa berkuasa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak berarti NU boleh semena-mena berkuasa atas Kementerian Agama ataupun merasa ada hak khusus," kata Helmy.

"Kemenag hadiah negara untuk semua agama, bukan hanya untuk NU atau hanya untuk umat Islam," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Helmy mengakui NU adalah stakeholder terbesar dari Kemenag. Meski begitu, ia berharap NU tidak memiliki motivasi untuk menguasai ataupun memiliki semacam 'privilege' dalam pengelolaan kekusaan.

"Pada dasarnya semua elemen sejarah bangsa ini punya peran strategis dalam pendirian NKRI, melahirkan Pancasila, UUD 1945 dalam keanekaragaman suku, ras, agama & golongan. Bhinneka Tunggal Ika," tutupnya.

Ketua PWNU DKI Jakarta Samsul Ma'arif menilai komentar Menag justru merugikan NU. Pernyataan Yaqut dianggap dapat membuat NU bersinggungan dengan ormas lain.

"Justru pernyataan menteri agama yang menyatakan bahwa kementerian agama itu hadiah untuk NU itu merugikan NU sendiri, artinya membuka peluang untuk rasa tidak enak dengan ormas yang lain, jadi seakan akan NU itu merasa yang paling berjasa, walaupun mungkin iya. tetapi kalau dikesankan merasa paling berjasa kan tidak enak," jelas Samsul.

Samsul berharap Menag lebih berhati-hati dalam membuat pernyataan yang berpotensi terjadi perdebatan. Tidak semua hal, kata Samsul, perlu diucapkan ke publik.

"Saya menyayangkan lah justru itu merugikan nu sendiri, saya sebagai orang NU aja nggak nyaman saya. Statement itu tidak menguntungkan NU secara umum, satu memberikan peluang perpecahan di kalangan umat Islam, kedua ada terkesan arogansi, padahal NU nggak begitu," tuturnya.

detikcom sudah mencoba menghubungi Menag Yaqut Cholil Qoumas soal ini. Namun belum mendapat respons.

Selengkapnya di halaman berikutnya