Keren! Ada Lapangan Standar Internasional di Desa Lereng Merapi

Keren! Ada Lapangan Standar Internasional di Desa Lereng Merapi

Jauh Hari Wawan S - Sepakbola
Sabtu, 04 Jul 2020 18:28 WIB
Kepuharjo Sport Center
Kepuharjo Sport Center, lapangan berstandar Internasional di kaki Gunung Merapi. (Foto: detikcom/Jauh Hari Wawan S)
Jakarta -

Warga Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman kini patut berbangga. Kini, mereka memiliki fasilitas olahraga dengan kualitas jempolan. Karang Taruna desa di lereng Gunung Merapi itu memberi nama tempat itu Kepuharjo Sport Center (KSC).

Memanfaatkan lahan tanah kas desa, yang awalnya berupa tanah lapang tak terurus, para pemuda di desa itu berinisiatif untuk berbenah. Kini, sepetak tanah itu disulap menjadi lapangan sepak bola mini, dan lapangan futsal outdoor. Dengan ditanam rumput zoysia matrella, membuat lapangan KSC menjadi lapangan berkelas layaknya di Eropa.

"Jadi ini namanya Kepuharjo Sport Center. Dahulu lapangan yang merupakan tanah kas desa dan tidak terurus dengan tanah tidak rata dan rumput jarang-jarang. Lalu 23 Oktober 2019 kami dari karang taruna mengajukan izin ke desa untuk pengelolaan lapangan desa," ujar inisiator pembuat lapangan, Gani Sadat, saat ditemui di KSC, Dusun Pagerjurang, Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Sabtu (4/7/2020).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gani menjelaskan, butuh biaya hampir Rp 1 miliar untuk membangun lapangan ini. Beruntung, ada kucuran dana dari pihak desa melalui dana desa dan bantuan keuangan khusus dari Kabupaten Sleman serta CSR dari Koperasi Petruk.

"Total rencana anggaran itu Rp 950 juta sampai pembangunannya selesai karena ini masih terus berproses. Untuk lapangan habis Rp 264 juta. Untuk dana desa sebesar Ro 450 juta sisanya dari CSR," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Gani menceritakan, berbagai fasilitas pendukung sedang dibangun di lapangan yang terletak di sebelah selatan Merapi Golf itu. Saat ini baru ada dua lapangan, jogging track dan kamar mandi saja.

GaniSadatinsiatorKepuharjo Sport Center. Foto:detikcom/Jauh HariWawan S _

Kepuharjo Sport CenterSalah satu sudut dari Kepuharjo Sport Center, lapangan berstandar internasional di lereng Gunung Merapi. Foto: detikcom/Jauh Hari Wawan S

Ke depan, tribune penonton, ruang ganti pemain, cafe, lampu, dan kantor juga akan turut dibangun. Termasuk segera merampungkan lapangan voli di sebelah utara lapangan futsal.

"Target kami Agustus 2020 semua sudah selesai. Kalau saat ini baru lapangan dan toilet yang siap digunakan. Progresnya sudah 80 persen, nantinya akan dikelola secara penuh oleh karang taruna desa," ujarnya.

Kehadiran lapangan ini disambut antusias oleh warga sekitar. Gani dan rekannya bercita-cita untuk membangun lapangan sepakbola berukuran standar. Namun, keterbatasan lahan membuatnya hanya bisa membuat lapangan mini soccer.

"Ini keterbatasan lahan karena sisa pembangunan hunian untuk warga terdampak erupsi Merapi. Saat kami ukur hanya sesuai dengan standar lapangan mini soccer. Ukuran lapangan untuk mini soccer 60x40 meter, futasl 38x25 meter," jelasnya.

Ide ini juga tak lepas dari kultur masyarakat Kepuharjo yang cinta dengan dunia si kulit bundar. 90 persen warga merupakan penggila sepakbola. Oleh karena itu, respon masyarakat sangat antusias dengan hadirnya lapangan ini.

"Warga antusias dengan kehadiran lapangan ini, apalagi untuk lapangan futsal. Kalau warga Kepuharjo 90 persen suka dengan sepakbola, warga antusias ke bola daripada olahraga lain," ungkapnya.

Lapangan ini sudah mulai dimanfaatkan. Tentunya ada harga sewa yang harus dibayarkan. Wajar saja, perawatan lapangan membutuhkan biaya yang tak sedikit.

Kepuharjo Sport CenterGani Sadat insiator Kepuharjo Sport Center. Foto: detikcom/Jauh Hari Wawan S

"Ini untuk olahraga warga sekitar tapi disewakan untuk umum. Tarif nya per dua jam untuk mini soccer Rp 1 juta, futsal Rp 500 ribu saat sore dan kalau pagi mini soccer Rp 800 ribu, futsal Rp 300 ribu. Kenapa harus sewa? Perawatan mahal, sebulan habis Rp 5-6 juta untuk perawatan lapangan," kata Gani menerangkan.

Harga yang ditawarkan tentu sebanding dengan yang didapatkan. KSC punya nilai lebih yang tidak akan bisa didapatkan di lapangan lain. Yaitu pengalaman berolahraga dengan suasana sejuk pegunungan. Pasalnya jarak lapangan dari puncak Merapi sekitar 11 kilometer.

"Kami menyewakan untuk hari Jumat-Minggu sisanya untuk perawatan. Bahkan untuk bulan Juli sudah ada 12 kelompok yang booking lapangan," terangnya.

Kendati ada harga sewa, sebagian besar hasilnya akan dikembalikan ke masyarakat. Bentuknya yakni pembinaan pemain usia dini.

Gani punya mimpi untuk mengembangkan potensi pesepakbola muda di Cangkringan, salah satu wilayah di lereng Gunung Merapi. Setidaknya, Agustus mendatang ada sekolah sepak bola yang lahir bersamaan dengan peresmian KSC.

"Hasil sewa lapangan ini kami kembalikan ke warga untuk pembinaan pemain usia dini. Harapannya, kami bisa menelurkan satu atau dua bibit pesepakbola dari Cangkringan yang bisa mentas di klub profesional," kata Gani lagi.



Simak Video "Hujan Abu di Boyolali dan Magelang Imbas Guguran Awan Panas Merapi"
[Gambas:Video 20detik]
(cas/rin)